PKRI News, TAPAULI. Humbahas. Ada yang berbeda dari Paviliun milik Kabupaten Humbang Hasundutan Nuansa Batik Humbang yang dipajang mendominasi lantai bawah terasa nyaman. Batik yang sudah sering ditampilkan ketika ‘fashion show’ beberapa kali dipinggiran Danau Toba menjadi perhatian para pengunjung.
Selain Batik Humbang, paviliun milik Kabupaten Humbahas menampilkan berwarna-warni hasil bumi seperti bawang merah, cabe merah, tomat, salak, jeruk, tiung, kopi Arabica, kubis, kentang, wortel, ubi jalar, nenas, alpokat, kemenyan dan lainnya. Yang paling menarik ada stik jagung dan andaliman siap saji. Bumbu andaliman siap saji itu hasil karya UKM Basana Putra dari Kecamatan Pollung.
Perlu diketahui, salah satu jenis rempah yang pemanfaatannya hingga sekarang masih sebatas komoditas primer adalah andaliman. Di Sumatera Utara, yang gampang didapatkan andaliman hanya di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Andaliman ini mirip dengan lada (merica) bulat kecil dan berwarna hijau. Tapi kalau sudah agak kering warnanya agak kehitaman. Bila digigit tercium aroma minyak atsiri yang wangi dengan rasa yang khas getir sehingga merangsang produksi air liur.
Sebagai rempah, masakan khas Batak tanpa melibatkan andaliman rasanya hambar. Ada rasa spesifik ketika ditumbuk dengan cabai, membuat bumbu masakan menimbulkan aroma dan citarasa yang mengundang selera makan.
Tanaman andaliman hidup subur diatas 1.200-1.500 meter diatas permukaan laut (dpl). Andaliman atau istilah lain disebut zanthoxylum acanthopodium DC tumbuh sebagai pohon berbatang bukan merambat. Batang-batangnya berdahan banyak, daunnya kecil-kecil mirip seperti bunga mawar. Di sekujur batang, ranting dipenuhi dengan duri-duri yang tajam seperti duri mawar. Namun duri andaliman lebih kuat dan kokoh, sehingga memetik andaliman perlu konsentrasi tinggi. Setiap memetik andaliman tidak ada jaminan tangan tidak tertancap duri.
Buah andaliman yang baru dipetik sebaiknya dibungkus dengan daun pisang. Sebab kalau dibiarkan terbuka akan cepat rusak. Buahnya langsung berubah hitam dan pecah-pecah, bahkan biji keluar dari kulit. Tanaman andaliman hingga kini hanya diketahui tumbuh di daerah tertentu saja. Perbanyakan andaliman belum diketahui secara ekonomis dan praktis. Apakah secara vegetatif atau generatif. Perbanyakan secara vegetatif kurang efesien dilakukan karena minimnya pohon induk yang dapat digunakan, sedangkan secara generatif sulit dikembangkan karena biji andaliman sulit berkecambah.
Salah satu aspek yang penting dalam budidaya tanaman ini adalah perbanyakan bahan tanaman. Sementara benih andaliman sulit berkecambah dan kecambahnya rendah. Pembudidayaan andaliman sampai saat ini belum diketahui dengan baik dan umumnya tumbuh secara alamiah.
Menurut informasi dari masyarakat, tanaman ini sering didapat di kebun-kebun perladangan yang baru dibuka dengan cara merambah dan membakar hutan-hutan. Setelah hutan dibakar, beberapa minggu kemudian tanaman andaliman sudah didapati tumbuh. Tanaman ini tumbuh mungkin disebabkan burung yang memakan buah andaliman dan bijinya tersebar melalui kotoran burung tersebut. Namun yang pasti belum diketahui masalah pembudidayaannya.
Mengingat semakin berkembangnya pasar andaliman, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan telah memasukkan andaliman dalam daftar produk tanaman perkebunan rakyat. Sekedar mengingatkan, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Mrs Satu Kahkonen bersama rombongan yaitu Mrs Bolormaa Amgaabazar, Operations Manager, Mr Andre Aquino, Lead Environmental Specialist, Mr. Vikas Choudhary, Senior Agriculture Specialist, Mr. Animesh Shrivastava, Lead Agriculture Economist, Ms. Alika Tuwo, Agriculture Economist dan Ms. Ariza Nurana, Program Assistant sudah pernah menikmati secara langsung andaliman ketika berkunjung ke Kabupaten Humbang Hasundutan, Selasa (6/6) lalu.
Bagi yang berminat makan andaliman khususnya di kota Medan, silahkan datang ke paviliun Pemkab Humbang Hasundutan di PRSU.
Rep/Werson Togatorop