DKJ-POLSUSWASKIANA. Menjelang Pilkada tahun 2024, Johanis Eddy Fentus Tuwul Selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Investigasi Negara mengatakan saat ini media sosial mulai diramaikan oleh berita-berita politik yang bermuara pada aksi dukungan terhadap bakal calon Kepala Daerah yang sudah dideklarasikan masing-masing partai politik atau gabungan partai politik. Secara umum, narasi dan konten yang disebar oleh masing-masing pendukung bakal calon menampilkan keunggulan, prestasi, hingga kehidupan pribadi.
Namun, ditemukan pula akun-akun media sosial yang menyudutkan bakal calon Kepala Daerah tertentu dengan narasi yang mengancam adanya perpecahan. Perdebatan di media sosial terkait dengan pemilu 2024 juga kian terlihat. Sikap yang sama ditunjukkan oleh para politisi, mereka cukup aktif melakukan pembelahan dengan cara-cara yang sedikit provokatif Ujar Johanis Eddy Fentus Tuwul yg Selalu disapa Bung Jefri Ketum DPP LIN.
Bung Jefri menambahkan kita menoleh kebelakang diPemilu 2019 lalu dianggap sebagai Pemilu yang cukup melelahkan. Pada gelaran Pemilu tahun itu, ada banyak penyelenggara pemilu yang wafat karena kelelahan. Demikian pula para pendukung calon yang juga harus merenggut nyawa akibat mengikuti aksi demonstrasi terkait hasil pilpres 2019.Menurut Bung Jefri menambahkan, pemimpin agama-agama atau pimpinan organisasi masyarakat berbasis agama di Indonesia, memiliki peranan yang cukup penting untuk membuat suasana Pemilu 2024 yang damai dan sejuk. Salah satu upaya yang bisa dilakukan, yaitu harus adanya pertemuan antara masing-masing pemimpin agama, atau pemimpin Ormas.
“Mereka semua ketemu, membicarakan masa depan Indonesia dan strategi menghadapi Pilkada” kata Bung Jefri menilai, perdebatan di media sosial saat ini cenderung mengkhawatirkan, karena mulai terlihat menyinggung masalah identitas agama. Untuk mengikis polarisasi di tengah-tengah masyarakat, peran pemimpin agama dan pemimpin ormas sangat dibutuhkan.
“Para tim (pendukung) sudah mengerikan sekali, sudah ada yang mengarah kepada penghinaan kelompok. Kalau masalah ini, hanya pemimpin agama yang bisa mengatasi,” tuturnya.