DAIRI. POLSUSWASKIANA_Setelah sempat viral di media sosial dan telah diberitakan berbagai Media online, aksi kericuhan akibat penutupan jalan tambang yang dilakukan oleh keluarga JBM (63) ditelusuri oleh awak media Investigasi Media PKRI POLSUSWASKIANA.
Saat awak media mencoba menemui JB di kediamannya di Desa Sopokomil, Kecamatan Silima Pungga Pungga, Kabupaten Dairi, JB yang diketahui sedang dalam keadaan sakit sedang tidak berada ditempat. Kemudian, Awak Media menemui pimpinan pekerja, Supriono Boang Manalu, yang berontak dan mengambil inisiatif sendiri tanpa sepengetahuan pihak perusahaan PT Dairi Prima Mineral membuka jalan yang ditutup oleh keluarga Jurimba Boang Manalu.
Supriono Boang Manalu menjelaskan bila awal permasalahannya ini adalah akibat aksi penutupan jalan yang sebelumnya telah berlangsung selama 3 hari oleh keluarga Jurimba. Dimana aksi ini dilakukan oleh keluarga JB untuk memaksa pihak PT DPM mau membayar ganti rugi lahan milik keluarga Jurimba seluas 600 m² yang terletak di pinggir jalan tambang tersebut sebesar Rp 5 milyar.
Akibat aksi ini, pekerjaan pengorekan lereng bukit yang dikerjakan oleh PT SASTA Konstruksi yang dananya diambil dari CSR PT DPM menjadi terganggu. Pengorekan lereng bukit ini dilakukan guna mencegah terjadinya longsor yang ditakutkan akan menimbun rumah warga yang berada dibawah lereng tersebut.
“Awal permasalahan pertama keluarga Jurimba Boang Manalu telah menutup jalan ini selama 3 hari. Mereka memaksa agar lahannya diganti rugi sebesar 5 milyar. Yang mana sebelum pekerjaan ini dimulai, saya dan Mr Chen yang merupakan salah satu pimpinan di PT SASTA Konstruksi telah mencoba menegosiasi harga tanah tersebut.” ujar Supriono kepada Awak media.
Supriono menjelaskan bila hasil negosiasi yang mereka lakukan dengan keluarga Jurimba Boang Manalu telah disampaikan oleh Mr Chen ke pihak PT DPM dan tidak disetujui karena dirasa kemahalan. Pada saat negosiasi, harga lahan seluas kurang lebih 600 m² ditawar seharga Rp 243 juta, namun keluarga JB berkeras di harga Rp 5 milyar. Pembicaraan putus, keluarga Jurimba lalu melakukan aksi tutup jalan.
Setelah satu hari penutupan, Supriono selaku pimpinan pekerja mencoba menemui keluarga Jurimba Boang Manalu dikediamannya. Supriono menjelaskan saat kedatangannya ditolak dan dianggap sepele oleh keluarga Jurimba, termasuk Ramadhan Cibro menantu Jurimba dan berkeras bersedia bernegosiasi dengan pimpinan PT DPM saja.
“Setelah 3 hari ditutup, saya berembuk lah dengan teman teman operator, supir dan pekerja lain. Bagaimana kita ini.? Kita berhenti bekerja kan tidak dapat gaji., kami kan harian Pak. Lalu akhirnya kami putuskan untuk mencoba mendatangi mereka untuk meminta tolong agar jalannya dibuka.” ujar Supriono menjelaskan.
Namun saat kedatangan Supriono bersama rekan rekannya ke rumah Jurimba Boang Manalu, keluarga Jurimba tidak menanggapi dan tidak memenuhi permohonan Supriono dan rekan rekannya agar jalan dibuka oleh keluarga Jurimba.
“Jadi apa solusi ini.? Akhirnya saya bilang ke kawan kawan, daripada anak kita tidak makan, kita dobraklah blokir jalan ini. Nah disitulah kejadiannya kami buka jalan tersebut.” tambah Supriono.
“Kami mengangkat meja, kursi dan barang barang lain yang di gunakan menutup jalan. Namun sambil kami divideokan oleh mereka, mereka mengatakan agar barang barang tersebut jangan digeser. Akhirnya, demi kelangsungan hidup keluarga kami, barang barang tersebut kami gilas dengan alat berat.” ujar Boy Anakampun salah seorang supir yang ikut mendobrak blokir jalan tersebut.
“Namun tolong digarisbawahi bila tindakan kami ini murni semata mata adalah inisiatif kami sendiri dan tanpa sepengetahuan pimpinan kami. Baik itu dari PT SASTA Konstruksi maupun dari pihak PT DPM.” tambah Supriono mengakhiri. Mula